(CERPEN) SURAT TERAKHIR ALINE
Kutelusuri lorong sekolah yang sudah hampir 2 minggu kutinggalkan. Tak ada yang berubah. Hanya beberapa daun kering yang berserakan karena belum disapu oleh Pak Mamat, tukang kebun sekolah. Berarti itu tandanya aku berangkat sekolah terlalu pagi. Aku melangkah ringan disepanjang lorong yang masih sepi. Wuaaaaahh!!! Rasanya bebas. Seperti lorong ini punyaku dan aku berhak melakukan apapun sesukaku, seperti lari kencang seperti tempo hari saat aku harus datang pagi-pagi untuk menyalin PR matematika yang dikumpulkan hari itu juga pada jam pelajaran pertama. Tapi hari ini aku tidak mau melakukannya. Akan benar-benar kunikmati suasana sekolah yang nyaman seperti ini. Kubelokkan kaki pada tikungan kedua lorong sekolah yang baru kusadari ternyata cukup panjang. Tepat dibelokan itu, ruangan pertama yang terlihat adalah kelasku. Kelas khusus, kelas bahasa pertama yang baru saja dirintis oleh sekolah, dengan kata lain kami adalah siswa-siswa kelinci percobaan. Dan mengapa tadi aku menyeb...